Dibuka Menguat Rupiah Hari Ini Masih dalam Tekanan_


SariAgri - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (12/7) pagi menguat 38 poin atau 0,26 persen ke posisi Rp14.490 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.528 per dolar AS.
Analis pasar uang PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pergerakan rupiah hari ini akan fluktuatif.Breaking News Namun akan ditutup melemah di rentang Rp14.510 - Rp14.550 per dolar AS, ujarnya.
Ibrahim mengatakan, rupiah hari ini masih dalam tekanan yang mempengaruhinya, yakni sentimen eksternal dan internal. Eksternal terkait dengan sikap investor atas kebijakan moneter bank sentral AS, sedangkan dari internal berkaitan dengan perkembangan penanganan kasus Covid-19 yang cepat meluas, katanya.
Sementara itu, mata uang berisiko melayang di atas posisi terendah terhadap dolar dan yen pada Senin, karena kekhawatiran tentang perlambatan pemulihan ekonomi global tampaknya mereda untuk saat ini.
Prospek inflasi Amerika Serikat dan kecepatan pengetatan kebijakan Federal Reserve di masa mendatang kembali menjadi fokus menjelang rilis data indeks harga konsumen, Selasa, dan kesaksian Chairman The Fed, Jerome Powell, mulai Rabu.
https://anotepad.com/notes/3h6ynes9 "Jika kita melihat data yang kuat, The Fed dapat memajukan proyeksi untuk kenaikan suku bunga pertama mereka lebih jauh dari perkiraan saat ini pada 2023. Itu juga berarti mereka harus menyelesaikan tapering lebih awal," kata Shinichiro Kadota, analis Barclays.
Euro diperdagangkan 1,1873 dolar AS, merayap kembali dari level terendah tiga bulan di 1,17815 dolar AS yang dicapai pada sesi Rabu, sementara terhadap yen mata uang bersama itu bertengger di 130,87 yen, turun dari level terendah dua setengah bulan, Kamis, di 129,63 yen.
Poundsterling juga naik ke 1,3900 dolar AS sementara dolar Australia memantul kembali ke posisi 0,7487 dolar AS dari level terendah tujuh bulan, yakni 0,7410 dolar AS, pada Jumat.
Mata uang berisiko tergelincir awal pekan lalu karena investor membatasi spekulasi mereka, sebagian karena data ekonomi dari banyak negara tidak memenuhi ekspektasi pasar.
Baca Juga:Rupiah Berakhir Pekan dengan Loyo, Pasar Khwatirkan Covid Menyebar CepatRupiah Jumat Pagi Tak Berdaya, Efek Minat ke Aset Berisiko Turun
Kekhawatiran tentang varian Delta virus korona juga menambah mood hati-hati meski sejumlah investor berpikir pemulihan ekonomi akan terhambat.
Namun, aksi jual mata uang berisiko mereda, Jumat, dan sentimen semakin didorong lebuh lanjut setelah China memangkas rasio persyaratan cadangan perbankan secara keseluruhan, untuk mendukung pemulihan ekonominya yang mulai kehilangan momentum.
Senin, yuan China datar di 6,4785 per dolar AS, turun menjauh dari level terendah dua setengah bulan di 6,5005 dolar AS, pada sesi Jumat.
Pemulihan sentimen risiko menghambat safe-haven yen, Senin. Mata uang Jepang itu berada di posisi 110,17 yen per dolar, turun dari level tertinggi satu bulan, Kamis, di 109,535.
Dengan kalender data hari ini yang relatif kosong, investor menunggu data indeks harga konsumen Amerika periode Juni yang akan dirilis Selasa.
Ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan CPI inti naik 0,4 persen dari Mei dan 4,0 persen dari tahun sebelumnya setelah dua bulan berturut-turut melesat tajam.
Setiap tanda bahwa inflasi bisa lebih persisten dari perkiraan dapat memicu ekspektasi bahwa The Fed mungkin keluar dari stimulus saat ini lebih dini, mendukung dolar terhadap mata uang utama lainnya.
Sebaliknya, data yang lebih lemah dapat membuat investor berpikir bahwa The Fed mampu mempertahankan kerangka kebijakan yang longgar lebih lama, mendorong lebih banyak spekulasi pada aset berisiko, termasuk mata uang yang sensitif terhadap risiko.
Video Terkait: