Menyumbang Inflasi Nasional, Kementan Bidik Indonesia Berdikari Produksi Bawang Merah di 2024


Sariagri - Bawang merah jadi salah satunya komoditas yang menyumbangkan inflasi begitu besar dan memengaruhi inflasi nasional. Produksi yang masih belum konstan serta ketersediaan yang tidak sama rata sebabkan harga berfluktuasi di banyak wilayah.

Direktur Sayur serta Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian. Tommy Nugraha berkata sangat perlu untuk memerhatikan bulan siaga produksi bawang merah yang berlangsung tiap-tiap tahunnya menjadi aksi memperhitungkan.

"Ini butuh kita cermati, penting menjadi perhatian buat melindungi produksi supaya penuhi keperluan dalam negeri," kata Tommy dalam web-seminar Ditjen Hortikultura, Jumat (13/8/).

Mengenai berdasar data Kementan, bulan siaga produksi bawang merah ada pada Maret, November dan Desember di mana selalu terjadi kekurangan supply bawang merah nyaris setiap tahunnya.

"Menurut data prognosa adanya bawang merah tahun 2021, bulan November ini hendak terjadi minus bawang merah sampai 22.745 ton, serta bulan Desember minus sekitar 16.385 ton," tukasnya.

Buat menangani masalah itu, lanjut ia, Kementan sudah membikin roadmap peningkatan bawang merah di mana di tahun 2024 direncanakan semua area Indonesia sudah berdikari produksi bawang merah.

"Tahun 2021 ini kami bakal coba berdikari produksi di daerah Sumatra, Bali dan Nusa Tenggara.Bawang Merah Tahun 2022 berdikari produksi di area Kalimantan serta Sulawesi. Tahun 2023 berdikari produksi di daerah Maluku dan Papua, dan tahun 2024 diharapkan seluruhnya area udah berdikari produksi," ujarnya.

Mengenai peruntukan budget APBN untuk peningkatan produksi bawang merah tahun 2021 menggapai Rp22,3 miliar dengan luasan 3.181 hektar yang tersebarkan di 224 lokasi di seluruhnya Indonesia.

"APBN buat bawang merah ini diprioritaskan untuk memberi dukungan produksi di area yang kekurangan," paparnya.

Selanjutnya, Tommy menjelaskan cara stratgeis Kementan dalam stabilisasi persediaan bawang merah yakni sampaikan data Early Warning Sistem (EWS) suplai bawang merah bulan Agustus sampai Desember 2021 ke tiap-tiap propinsi dan kabupaten.

"EWS ini untuk memberinya kesigapan tiap-tiap wilayah biar pemasokan supply bawang merah dapat berjalan secara baik. Kelak beberapa stakeholder dapat mengkonsolidadi dengan persekutuan atau aktor usaha berkaitan untuk mengawasi suplai bawang merah di wilayahnya," sebutnya.

Tidak hanya itu, kecepatan realisasi peningkatan wilayah produksi bawang merah tahun 2021 terus dijalankan dan bekerjasama dengan BMKG serta Direktorat Pelindungan Hortikultura untuk perkiraan resiko cuaca 3 bulan di depan.

"Karena apa saja yang kita kerjakan di area ini tergantung dengan cuaca serta cuaca, jangan sempat kita telah tanam tetapi terusik dengan hujan yang paling lebat atau sejumlahya," sambungnya.